untukmu



Untukmu  
A.  Bertemu dia diantara mereka
Diwaktu dimana aku benar – benar mencintainya dan aku merasa dia seakan milikku. Kami banyak menghabiskan waktu bersama, kami selalu mencari satu sama lain disegala waktu. Banyak yang mengira kami adalah pasangan dan seperti itulah yang aku juga pikirkan, aku tidak pernah berpikir lebih jauh mengenai hubungan ini, karena dimana kami sudah merasa nyaman. Tanpa dirasa rasa nyaman itulah yang membawaku ke arah ini. Dan mungkin hari ini adalah impian semua wanita, begitu juga denganmu, disaat orang-orang sibuk mengucapkan selamat, dimana aku sempat berpikir ”Sudah berapa lama kita bersama?”, “Bukankah itu sudah sangat lama” pikirku.
Aku menyambut mereka yang datang dengan seyum ceria, sesaat aku merasa sedih entah bagaimana di hari yang bahagia ini, aku merasa banyak cinta yang aku dapatkan waktu itu bahkan hingga saat ini. Dimana kamu adalah tokoh utama di hari ini dan hatiku mengatakan terima kasih dimana aku mengatakannya dengan kedua mataku. Aku akan terus berada disini maka dari itu ingatlah aku. Saat ini aku bisa melihat rasa bahagia terpancar di matamu. Disaat kamu mengenakan gaun putih dan dia bertambah tampan dengan setelah jasnya. Apakah kamu mendengar suara hatiku gemetar ketika aku mengatakan kalian berdua tampak begitu baik saat bersama. Selamat untuk kalian berdua. Teman lamaku.
Ketika lagu ucapan selamat dan tebaran kelopak bunga bertebaran saat itulah waktu perpisahan kita, walaupun itu terasa pahit, tapi menurutku itu tetap cinta yang berharga walaupun kamu hanya memberiku rasa sakit, aku masih bisa tersenyum. Bahkan melihatmu pergi adalah kenangan buatku, luka yang kamu berikan mungkin akan sembuh suatu hari walaupun aku sendiri tidak tahu kapan. Dengan bodohnya aku masih berpikir betapa cantiknya dirimu. Pintupun terbuka kamu masuk dengan wajah yang bersinar nampak jelas di wajahmu adalah rasa bahagia tanpa tau rasa sakit yang kurasakan. Tapi bisakah sesaat saja kamu menoleh dan melihatku?, aku tau keinginanku ini tidak ada artinya untuk dirimu.
Kata yang ku latih setiap hari adalah kata selamat tinggal. Berdiri di sudut ruangan, hanya aku yang tidak bisa mengangkat kepalaku di hari yang baik ini, satu – satunya orang yang tidak memiliki pilihan selain untuk bisa tersenyum. Dua orang yang selalu bahagia ketika melihatku, hanya cintaku yang tertinggal. Aku seperti orang bodoh yang membiarkan semua terjadi. Masa mudaku semakin menjauh dimana dulu aku memegang tanganmu dan bertanya apa maumu, tapi sekarang orang yang aku cinta bersama sahabatku yang sangat aku kenal. Sebenarnya aku tidak memiliki hak untuk sakit hati, karena ketika aku melihat kebelakang, aku merasa tidak memperlakukanmu dengan baik sangat berharganya dirimu bahkan disaat aku mencintaimu. Waktu yang ku habiskan bersamamu semua itu indah.
Pada akhir yang panjang, aku dengan hampa memandang langit dan berfikir bagaimana mungkin semua bisa berakhir seperti ini. Tanpa sadar air mata ini  menetes menyerupai bintang mengalir, aku kira aku sudah menyembunyikan dan menahannya, tapi ternyata itu merambas keluar mungkin karena kamu di dalam diriku tidaklah kecil. Aku berpikir bahwa mungkin kamu akan kembali padaku dan jika itu memang terjadi, mungkin aku yang akan berlari kearahmu, tanpa harus menunggu. Tapi hari ini aku hanya bisa berteriak dan terus berteriak, aku sadar suaraku tidak akan terdengar bahkan kamu tidak akan pernah mendengarku, betapa bodohnya aku yang terus memanggilmu. Tanpa sadar langkah kaki ini menuju rumahmu, tak ada yang kulakukan, aku hanya berdiri mengamatimu dari kejauhan, pikirku mungkin saat itu aku terlalu nyaman menjadi salah satu alasan kamu pergi menjauh dariku bahkan jalan saja mengetahhui itu. Aku sangat takut ketika mengetahui hal itu, aku takut dalam keadaan yang membuatku terasa asing, tapi mungkin saat ini aku tak apa – apa. Jangan khawatirkan aku.
Saat hari ini aku melihatmu, yang terpikirkan adalah kata yang berbeda dengan dulu, mungkin saat ini kata maaf dan terima kasih adalah dua hal yang cocok untuk mewakili perasaanku saat ini, maaf aku tidak bisa melakukan apapun dan terima kasih aku sudah pernah ada dalam kehidupanmu. Saat berada disisimu aku memukan hal baru tapi ketika aku berada disampingmu, aku merasa tempatku saat itu bukan tempatku, hal itulah yang membuatku tidak pernah melakukan hal yang seharus aku lakukan, karena perasaan inilah yang membuatku berakhir seperti ini.  Ketika aku membuka ruangan ini, yang terasa hanyalah hampa. Hari yang sangat melelahkan, mungkin bisa dibilang hari ini adalah hari yang ingin aku lupakan didalam hidupku. Badanku pun terasa makin berat tanpa sadar badan ini terhempas pada kasur dan dengan begitulah aku mengakhiri hari yang menyedihakan ini.
Ketika aku bangun aku hanya menemukan ruang yang kosong, aku mencoba tidur kembali, bayannganmu kembali menyapaku aku seperti mendengar kau membisikan namaku meskipun aku tahu itu adalah mimpi tapi tetap saja tangan ini mencoba meraihmu. Aku harus menyapa hari ini dan seperti aku harus sadar akan kebenaran bahwa kamu telah pergi, harusnya aku sadar bahwa semua akan sama tidak ada yang berubah, sebenernya tidak cara untuk menghapusmu dari memoriku, aku tetap menyimpannya dalam diriku setiap saat, walaupun aku tidak bisa menunjukkan rasa cintaku ini.  
Entah kenapa pandanganku terarah pada buku itu, buku yang sudah lama berada di bawah lapisan debu, tak pernah terlintas di pikiranku untuk membuka lembaran itu kembali, satu per satu halaman pun terbuka dan masih terlukis terjelas gambarmu disana. Tubuh ini merasa bergetar saat memori tentangmu yang selama ini kembali menyapa, ini sungguh menyedihkan, karena aku tidak bisa kembali ke masa itu, andaikan kita bisa kembali pada masa itu, kita mungkin masih bisa memandang dan saling tersenyum satu sama lain, tanpa aku sadari, aku mengingat kembali semua itu.
Dalam ingatanku masih tergambar jelas dimana kita pertama kali kita bertemu, cuaca seperti apa saat itu aku masih mengingatnya dengan jelas, apakah kamu masih ingat bagaimana kita bertemu pertama kali, pada bulan maret di tahun pertama kita di kampus, ketika mimpi baru kita di mulai. Semua itu bagaikan melodi di musim panas yang sangat menyenangkan. Mungkin saat  itu deskripsi yang cukup menjelaskan suasana waktu itu. Mungkin waktu itu aku harus tau, aku bisa tertawa dan menangis karenamu.
Hari itu aku hanya duduk sendiri, saat itu terdengar dentuman piano yang diiringi dengan suara lembut, tanpa sadar langkah kaki ini menuju arah suara itu, di antara rambutmu yang lembut, matamu menyinariku seperti cahaya bintang, dari awal kamu tidak bisa menghentikan pandanganku. Kamu tidak tahu kapan hal itu akan datang, seperti matahari terbenam dengan tenang dan menyebar.
Yang ku lakukan saat itu hanya melihatmu dari jauh tanpa berbuat apa –apa,  aku hanya bisa memandangimu dari luar jendela tanpa tau harus berbuat apa, ketika hari menjelang sore suara – suara yang aku dengar dari tadi pun berhenti dan entah kenapa saat itu aku langsung bersembunyi seperti aku telah melakukan sesuatu yang salah, pada waktu itu aku tanpa sadar terus menatapmu sampai aku menyenggol tempat sampah yang sampai mengalihkan pandanganmu, walaupun begitu aku tetap bersembunyi sampai kamu menghilang dari pandangaku. Ketika bayanganmu sudah tidak lagi terlihat aku pun berniat meninggalkan tempat ini, tiba – tiba langkah ini berhenti ketika mendengar ringtone handphone yang berasal dari ruang kelas, mungkin dengan cara itu yang membuat aku mengenalmu pada waktu itu. Aku mengambil handphone tersebut dan berniat untuk mengembalikannya padamu besok.
Setibanya aku di rumah handphone tadi pun berdering tanpa sempat aku mengangkatnya suara itu pun berhenti bukan hanya sekali tapi berkali – kali, dan mulai dari situ aku tidak beranjak dari handphone itu, dan lagi – lagi panggilan masuk pun datang, dengan sepontan aku langsung mengangkatnya, belum sempat aku mengatakan sesuatu suara perempuan pun terdengar “YAA Apa yang kamu lakukan HAH!!! Kamu pikir kamu siapa!!! udah berani macam – macam, awas sampai kamu mengulanginya lagi!!!” panggilan itu pun langsung berhenti, aku berpikir mungkin ada baiknya aku membawa hanphone ini, jadi setidaknya kamu tidak akan mengdengarkan orang ini. Aku terus menunggu sampai kamu menghubungi handphone ini, ketika aku menunggu kamu di depan kelas wajahmu tidak nampak sama sekali, aku pikir kamu sedang berada di tempat lain dan lagi – lagi aku tidak bisa menemukanmu, suara pesan masuk datang yang bertulisan
Maaf apakah aku boleh meminta handphoneku kembali, banyak hal penting di handphone tersebut.

Maaf sebelumnya, aku telah lancang membawa handphonemu tanpa izin, saat ini aku berada di kampus dan aku ingin mengembalikannya, mohon maaf lagi dimana kita bisa bertemu?

Kita bisa bertemu di taman utama kampus pukul 14.00, tunggu di sana sebentar aku akan kesana langsung setelah kelas ini selesai. Tapi apakah aku boleh tau saat ini kamu memakai baju warna apa? Supaya aku bisa langsung mengenalmu.

Iyaa aku menunggu disana saat ini aku sedang dalam perjalan ke arah taman, aku sedang memakai kemeja warna putih dengan blezer warna hitam dengan celana jins, aku memakai tas punggung berwarna hitam.

Terima kasih.

Tanpa aku sadar itu adalah pesan terakhirnya, mulai dari situ aku tidak pernah mendengar apapun tentangnya, bahkan saat itu aku tidak mengetahui namanya sama sekali. Satu persatu hari berlalu, satu persatu minggun pun berlalu, selama itu lah aku terus mengabariku tepat pukul dua, di tempat yang kamu tentukan tentu saja aku juga menjelaskan pakaian apa yang aku kenakan saat ini. Aku pikir apa yang sedang kamu lakukan saat ini, kamu benar – benar seperti orang bodoh tapi walaupun aku tahu aku ini melakukan hal bodoh tetep saja aku melakukannya, tanpa sadar aku udah lebih dari dua minggu berlalu aku terus mengirim pesan ini, mungkin aku berharap dia akan membalas pesan ku.
  

Bersambung...




Komentar

Postingan Populer