Bumi Reog
Terletak di Provinsi Jawa Timur Kotaku bernama Ponorogo, dikenanal dengan kota Reog atau Bumi Reog, kenapa bisa disebut dengan Bumi Reog atau Kota Reog?
karena Reog adalah keseniaan yang sangat dibanggakan oleh warganya, warga Ponorogo, Reog sangat kental dengan hal-hal berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat, sebenarnya asal usul Reog ada lima versi, salah satu versinya adalah tentang pembrotakan Ki Ageng Putu yang murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Tiongkok, Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog dan
versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya. Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku. Setiap tahun pada bulan Suro (Muharram), Kabupaten Ponorogo mengadakan acara berupa pesta rakyat yaitu Grebeg Suro. Pada pesta rakyat ini ditampilkan berbagai macam seni dan tradisi, di antaranya Festival Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Puasa, dan Larungan Risalah Dao di Telaga Ngebel.
Selain dikenal sebagai Kota Reog, Ponorogo juga dikenal sebagai Kota Santri karena memiliki banyak Pondok Pesantren, dan salah satu yang terkenal adalah Pondok Pesantren Darussalam Gontor, yang terletak di Desa Gontor kecamatan Mlarak, Pondok ini didirikan oleh tiga bersaudara putra Kiai Santoso Anom Besari. Tiga bersaudara ini adalah KH Ahmad Sahal, KH Zainuddin Fananie, dan KH Imam Zarkasy yang kemudian dikenal dengan istilah Trimurti.
Dan menurutku selain dua hal tadi, Ponorogo juga terkenal dengan kulinernya yaitu Sate Ponorogo tepatnya terletak di Gang Sate, apa yang membedakan Sate Ponorogo berbeda dengan Sate daerah lain adalah Daging Ayam yang sangat empuk dan bumbu satenya yang sangat meresap, Sate Ponorogo sangat berbeda dengan sate dari daerah lain misalnaya adalah Sate Madura yang menjadi perbedaannya adalah cara memotong dagingnya. Dagingnya itu tidak dipotong menyerupai dadu seperti pada umumnya, melainkan disayat tipis panjang menyerupai fillet, sehingga selain lebih empuk, gajih atau lemak pada dagingnya pun bisa disisihkan. Sate daging ayam dapat disajikan bersama dengan sate usus, kulit, dan telur ayam muda. Perbedaan berikutnya adalah sate Ponorogo melalui proses perendaman bumbu (di"bacem") agar bumbu meresap ke dalam daging. Sate daging, usus, dan kulit dibumbui dengan bumbu kecap dan minyak sayur. Setelah bumbunya merata, sate dipanggang di atas pemanggang sate selama kurang lebih 3-5 menit. Alat pemanggang sate Ponorogo terbuat dari tungku (panggangan) yang terbuat dari tanah liat. Panggangan ini memiliki lubang di satu sisi untuk mengipas bara arang didalamnya. Setelah berwarna kecoklatan, semua sate diletakkan di atas piring untuk dibumbui lagi dengan Bumbu Spesial. Setelah matang, sate dilumuri dengan bumbu kacang yang ditumbuk halus.
karena Reog adalah keseniaan yang sangat dibanggakan oleh warganya, warga Ponorogo, Reog sangat kental dengan hal-hal berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat, sebenarnya asal usul Reog ada lima versi, salah satu versinya adalah tentang pembrotakan Ki Ageng Putu yang murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Tiongkok, Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog dan
versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya. Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku. Setiap tahun pada bulan Suro (Muharram), Kabupaten Ponorogo mengadakan acara berupa pesta rakyat yaitu Grebeg Suro. Pada pesta rakyat ini ditampilkan berbagai macam seni dan tradisi, di antaranya Festival Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Puasa, dan Larungan Risalah Dao di Telaga Ngebel.
Selain dikenal sebagai Kota Reog, Ponorogo juga dikenal sebagai Kota Santri karena memiliki banyak Pondok Pesantren, dan salah satu yang terkenal adalah Pondok Pesantren Darussalam Gontor, yang terletak di Desa Gontor kecamatan Mlarak, Pondok ini didirikan oleh tiga bersaudara putra Kiai Santoso Anom Besari. Tiga bersaudara ini adalah KH Ahmad Sahal, KH Zainuddin Fananie, dan KH Imam Zarkasy yang kemudian dikenal dengan istilah Trimurti.
Dan menurutku selain dua hal tadi, Ponorogo juga terkenal dengan kulinernya yaitu Sate Ponorogo tepatnya terletak di Gang Sate, apa yang membedakan Sate Ponorogo berbeda dengan Sate daerah lain adalah Daging Ayam yang sangat empuk dan bumbu satenya yang sangat meresap, Sate Ponorogo sangat berbeda dengan sate dari daerah lain misalnaya adalah Sate Madura yang menjadi perbedaannya adalah cara memotong dagingnya. Dagingnya itu tidak dipotong menyerupai dadu seperti pada umumnya, melainkan disayat tipis panjang menyerupai fillet, sehingga selain lebih empuk, gajih atau lemak pada dagingnya pun bisa disisihkan. Sate daging ayam dapat disajikan bersama dengan sate usus, kulit, dan telur ayam muda. Perbedaan berikutnya adalah sate Ponorogo melalui proses perendaman bumbu (di"bacem") agar bumbu meresap ke dalam daging. Sate daging, usus, dan kulit dibumbui dengan bumbu kecap dan minyak sayur. Setelah bumbunya merata, sate dipanggang di atas pemanggang sate selama kurang lebih 3-5 menit. Alat pemanggang sate Ponorogo terbuat dari tungku (panggangan) yang terbuat dari tanah liat. Panggangan ini memiliki lubang di satu sisi untuk mengipas bara arang didalamnya. Setelah berwarna kecoklatan, semua sate diletakkan di atas piring untuk dibumbui lagi dengan Bumbu Spesial. Setelah matang, sate dilumuri dengan bumbu kacang yang ditumbuk halus.
Komentar
Posting Komentar